Logistik Indonesia
Logistik Indonesia sering diperbincangkan, baik dari sisi pertumbuhan dan kinerjanya. Terutama dengan hadirnya e-commerce, minat para pelanggan semakin naik untuk berbelanja secara online. Tentu saja hal ini berdampak pada meningkatnya kegiatan logistik.
Kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari beribu pulau yang terpencar dan terpisah oleh lautan bukan hanya menjadi tantangan besar bagi para pemain industri logistik yang sudah berpengalaman.
Tetapi juga bagi perusahaan baru (new start up) yang ingin berpartisipasi dalam Logistik Indonesia.
Kondisi ini menyebabkan sulitnya memberikan estimasi waktu pengiriman yang tepat sesuai harapan pelanggan. Terutama bagi pelanggan yang tinggal di pelosok atau pulau terpencil.
Hal ini akan mempengaruhi keputusan pelanggan dalam berbelanja secara online.
Pertumbuhan Logistik Indonesia
Frost & Sullivan, lembaga riset global, membuat prediksi bahwa nilai pasar transportasi dan logistik Indonesia akan tumbuh 15,4% per tahun hingga 2020 menjadi Rp 4.396 triliun.
Pertumbuhan itu didorong banyak faktor, antara lain faktor ekonomi, manufaktur, perdagangan online (e-commerce), dan tingginya konsumsi penduduk serta belanja infrastruktur pemerintah.
Pertumbuhan bisnis Logistik Indonesia secara makro cukup baik, walaupun masih membutuhkan banyak pembenahan.
Peringkat Logistik Indonesia
Laporan peringkat logistik atau yang dikenal sebagai LPI yang telah dilansir pada awal tahun 2017 oleh World Bank, menunjukkan bawah peringkat Logistik Indonesia turun dari nomor 53 dengan skor 3,08 (tahun 2015) menjadi nomor 63 (tahun 2016) dengan skor 2,98.
Posisi ini jauh dibawah negara-negara ASEAN seperti: Thailand (ke-45), Malaysia (ke-32) dan Singapura (ke-5). Penurunan skor ini terjadi di semua dimensi, kecuali international shipment dan tracking & tracing.
Saat melihat enam dimensi LPI Indonesia tahun 2016, tiga dimensi (kompetensi & kualitas jasa logistik, pencarian kiriman, dan ketepatan waktu pengiriman) mempunyai skor sama dengan dan di atas 3, sementara tiga dimensi lainnya (bea cukai yang efisien, kualitas infrastruktur, dan pengiriman internasional) di bawah 3.
Satu faktor dimensi yang sangat memerlukan perhatian besar dalam memperbaiki Logistik indonesia adalah tentang infrastruktur, dimana skornya adalah 2,65.
Infrastruktur yang kita miliki saat ini memerlukan perbaikan dan penambahan dari sisi jumlah, kapasitas dan penyebarannya.
Kondisi Infrastuktur Indonesia
Kondisi infrastruktur Indonesia tersebut sesuai dengan The Global Competitiveness Report tahun 2016-2017 yang dikeluarkan oleh World Economic Forum.
Dalam laporan tersebut, dapat dilihat perbandingan antara Indonesia dan Malaysia.
Infrastruktur Indonesia secara keseluruhan mendapatkan skor 4,24/peringkat 60, sedangkan Malaysia dengan skor 5,42/peringkat 24.
Rencana Pemerintah dalam membangun Infrastruktur
Pemerintah menggenjot pembangunan infrastruktur pada periode 2015-2019 seperti membangun 15 bandara dan 24 pelabuhan baru dari Aceh sampai ke Papua.
Pemerintah juga akan membangun jalan baru sepanjang 2.650 km dan tol sepanjang 1.000 km. Dan masih banyak lagi inisiatif pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur di seluruh tanah air.
Tentu saja hal ini dalam jangka pendek membutuhkan pembiayaan dan sumber daya yang tidak sedikit.
Tetapi dampaknya dalam jangka panjang adalah akan terjadinya percepatan pembangunan dan pengurangan biaya logistik Indonesia.
Paket Kebijakan Ekonomi XV tentang Logistik
Pada bulan Juni 2017, Pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan XV yang berisi tentang ‘Pengembangan Usaha dan Tingkatkan Daya Saing Penyedia Logistik Nasional’.
Paket Kebijakan ini diharapkan dapat memperbaiki kinerja logistik Indonesia terutama dapat mengurangi biaya logistik.
Saat ini biaya logistik Indonesia sekitar 24-26% dari PDB. Kondisi ini berbeda dengan Thailand, Vietnam, dan Malaysia yang porsi biaya logistiknya lebih rendah.
Kalau negara Thailand sekitar 15% dari PDB. Vietnam dan Malaysia sekitar 13% dari PDB.
Paket Kebijakan Ekonomi XV ini diharapkan dapat memangkas biaya logistik Indonesia hingga 20%.
Pertumbuhan Bisnis dan Investasi E-commerce di Indonesia
Berdasarkan data dari Hootsuite dan wearesocial LTD , bahwa transaksi bisnis secara digital atau e-commerce pada tahun 2016 diperkirakan sekitar USD 5.6 billion (setara Rp 75 Triliun, jika 1 USD = Rp 13.400,-).
Dengan pengguna internet sejumlah 132,7 juta user dan ada sekitar 24, 7 juta user aktif yang melakukan transaksi e- commerce.
Melihat pertumbuhan e-commerce ini dan untuk menarik investasi yang masuk.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merencanakan akan membuka investasi asing untuk marketplace hingga 67 persen.
Pada saat ini, Investasi teknologi digital seperti e-commerce, fintech dan e-logistics di Indonesia sudah menjadi hal umum dan telah menarik minat beberapa investor dari dalam dan luar negeri.
Pemerintah juga mulai mengambil peran besar dalam mendorong investasi di bidang teknologi digital.
Diperkirakan bahwa Investasi yang akan masuk pada industri digital seperti e-commerce, fintech, dan e-logistics di Indonesia akan meningkat dan akan mencapai nilai pasar sekitar USD 157 miliar pada tahun 2025, diharapkan peluang besar ini dapat digarap oleh perusahaan digital nasional.
Menurut data Tech in Asia Indonesia, terdapat 88 startup lokal yang berhasil meraih dana segar pada tahun 2016.
Walaupun secara total jumlah investasi pada tahun 2016 di industri digital belum diketahui secara tepat.
Beberapa pendanaan terbesar sudah terjadi, seperti pada Gojek yang menerima kucuran sebesar USD 550 juta, Tokopedia menerima USD 147 juta dan selanjutnya Mataharimall menerima senilai USD 100 juta.
Secara total, dana investasi yang masuk untuk membiayai Startups di Asia Tenggara pada tahun 2016 mencapai USD 2,6 miliar (setara Rp 34,84 Triliun, jika 1 USD = Rp. 13.400,-), naik lebih dari 60 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai US $ 1,6 miliar, menurut Tech in Asia Database.
Dampak E Commerce pada Digital Logistik Indonesia
Industri logistik Indonesia mungkin tidak akan mengalami perkembangan sepesat ini, jika industri e-commerce tidak tumbuh signifikan.
Pertumbuhan industri logistik Indonesia ke depan juga diprediksi semakin cerah karena perkembangan gaya hidup yang akan menggairahkan industri digital seperti e-commerce , fintech dan e-logistic.
Tingginya pembelian secara online saat ini, juga disebabkan karena bisnis e-commerce di Indonesia memiliki berbagai segmen.
Mulai dari online retail, marketplace, daily deals, classified ad, price comparison, travel, sistem pembayaran, logistik, keuangan, dan lain-lain.
Digital Logistik Indonesia
Saat berbicara tentang masalah yang dihadapi di dunia logistik Indonesia, negara kita bagaikan surga karena begitu banyak masalah yang dijumpai.
Sehingga menunggu kreativitas masyarakat dalam mencari solusi-solusi baru. Terutama solusi dari sisi teknologi digital yang dapat secara langsung mengurangi biaya logistik Indonesia .
Beberapa pemain lama dan pemain baru (new start up) di bidang logistik Indonesia sudah menawarkan solusi melalui penyediaan platform atau apps di bidang Logistik.
Solusi yang diberikan beraneka ragam, mulai dari sisi Order Pengiriman dan Penjemputan barang secara online, Sharing penggunaan angkutan truk/mobil/motor, Sharing penggunaan gudang sampai dengan Pembayaran Jasa pengiriman Barang dan Asuransi Barang secara online .
Beberapa platform yang menawarkan solusi di bidang e-logistic seperti deliveree, gobox, kargoku, anterin, kurirjakarta, etobee, iruna, caritruk, porter, ninjaXpress, Popbox, dll.
Dalam menghadapi persaingan global (global competition) terutama di bidang logistik.
Negara Indonesia memerlukan pembenahan dari semua sisi, baik dari sisi infrastruktur, teknologi, aturan main (kebijakan), kualitas SDM dan penerimaan dari para stakeholder di industri logistik.
Baca juga : Proyek OBOR – Pembukaan Jalur Sutra Baru dan Dampaknya Bagi Dunia