Categories Bisnis Editor's Picks

Proyek One Belt One Road akan menjadi beban atau berkah

Proyek One Belt One Road (Proyek OBOR) akan menjadi beban atau berkah -Artikel Bisnis.

Peran China melalui Proyek One Belt One Road.

Peran China kedepannya akan semakin dominan.

Saat ini saja , China sudah diakui sebagai kekuatan ekonomi nomor 2 di dunia.

Sementara dari sisi ekonomi digital, menurut para Analis Statista.com, pasar ekonomi digital China sudah melebihi Amerika Serikat.

Terbukti 4 pemain besar di industri digital yang berasal dari China seperti Alibaba, Tencent, Baidu dan Huawei sudah menunjukkan dominasi dan angka pertumbuhan yang mengesankan di dunia.

Bahkan Tencent, Alibaba dan Baidu sudah masuk ke dalam 10 besar perusahaan yang memiliki Market Capitalization terbesar didunia .

Proyek One Belt One Road
Sumber : https://www.techspot.com

Ambisi China.

Apalagi dengan dijalankannya Proyek One Belt One Road (Proyek OBOR ), China berambisi untuk membangun infrastruktur senilai USD 1 triliun (Rp 14.000 Triliun) .

Hal ini akan memungkinkan China untuk semakin dominan, baik dalam hal ekonomi dan politik di tingkat dunia.

Proyek One Belt One Road ini melibatkan sekitar 68 negara yang dapat mewakili 60% penduduk dunia dan 1/3 dari PDB dunia.

Bahkan China Development Bank telah mengalokasikan sekitar USD 809 milyar untuk membiayai kurang lebih 900 proyek, di berbagai negara untuk mendukung Proyek OBOR ini.

Sesuai dengan ‘Blue Print’, bahwa pemerintah China akan bekerjasama dengan negara-negara di sekitar jalur  Proyek One Belt One Road.

Dan  Proyek OBOR ini akan  dijalankan melalui  6 Koridor Ekonomi .

Apa saja 6 Koridor Ekonomi tersebut?

Keenam Koridor Ekonomi disana adalah

1. China – Mongolia – Rusia ( China-Mongolia-Rusia Economic Corridor = CMREC) ;

2. Eurasia Baru  (New Eurasian Land Bridge = NELB) ;

3. China Asia Tengah  dan Asia Barat  (China Central and West Asia Economic Corridor = CCWAEC);

4. Semenanjung China – Indochina (China-Indo-China Peninsula Economic Corridor = CICPEC) ;

5. China – Pakistan  (China-Pakistan Economic Corridor = CPEC); dan

6. Bangladesh – China – India – Myanmar (Bangladesh-China-India-Myanmar Economic Corridor = BCIMEC).

Sikap Negara Lain.

Negara-negara seperti Amerika Serikat, Rusia, India , Australia dan beberapa negara maju di Eropa , melihat dan menanggapi Proyek One Belt One Road ini secara hati-hati.

Beberapa negara sudah berencana untuk membuat proyek tandingannya, seperti yang akan dilakukan 4 negara yaitu Australia, Amerika Serikat , India dan Jepang.

Langkah ini dimaksud untuk mengimbangi pengaruh Proyek One Belt One Road dari Negeri Tirai Bambu tersebut.

Terutama bagi pihak Barat, yang agak khawatir melihat agresivitas China melalui proyek ini.

Walaupun pendekatan yang dilakukan secara ekonomi, tetapi akan berdampak pada politik, sosial-budaya , teknologi dan keamanan di dunia.

Perkembangan Proyek One Belt One Road.

Proyek One Belt One Road

Kita semua masih ingat, bahwa pada tanggal 7 September tahun 2013, Presiden Xi Jinping menyampaikan tentang ‘One Belt One Road’ atau ‘Silk Road’ saat berpidato di Universitas Nazarbayev di Astana-Kazakhstan di depan para mahasiswa.

Dengan adanya Proyek One Belt One Road (OBOR) ini, akan memberikan kesempatan kepada China dan negara-negara di Asia untuk mengambil peran yang lebih di tingkat dunia, baik secara ekonomi, politik, sosial budaya , ,teknologi dan keamanan.

Komitmen China.

Untuk meningkatkan komitmen China terhadap pelaksanaan Proyek One Belt One Road ini, Mei 2017 lalu, Presiden Xi Jinping mengundang para pemimpin dunia untuk mengikuti Pertemuan Puncak di Beijing.

Pertemuan Tingkat Tinggi ini dihadiri oleh kepala negara dan pemerintah dari 29 negara dan perwakilan lebih dari 70 organisasi internasional .

Dalam pertemuan tersebut, Presiden Xi Jinping menjanjikan akan menyediakan dana sebesar USD 124 miliar agar Proyek One Belt One Road ini dapat berjalan.

Presiden Xi Jinping menyampaikan bahwa Proyek One Belt One Road ini dapat berfungsi sebagai Platform , untuk meningkatkan kerjasama antar berbagai negara di tingkat dunia.

Dan untuk menjalankan proyek ini, berbagai perusahaan negara dan swasta China telah proaktif dalam menawarkan berbagai dukungan dan kerjasama melalui investasi di luar negeri.

Dan semuanya berpeluang untuk mendapat kucuran bantuan atau pinjaman, seperti pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan, jalur kereta api dan kawasan industri.

Jalur Kereta Api.

Proyek One Belt One Road

Secara total, China akan membutuhkan jalur kereta api sepanjang 22.000 km , dan ini adalah 60% dari total jalur kereta api di dunia.

Thailand-250 km.

Seperti yang terjadi di Thailand saat ini, China sedang membangun jalur kereta api Thailand-China.

Saat proyek ini selesai, maka Thailand akan mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan ekonominya dengan mengintegerasikan rantai pasokan regional atau Regional Supply Chain.

Pembangunan jalur kereta api cepat akan menghubungkan Thailand-Laos-China ini resmi dibuka pada Desember 2017 lalu, dengan peresmian di Propinsi Nakhon Ratchasima-Timur Laut Thailand.

Jalur kereta ini memiliki panjang 250 km mulai dari ibukota Thailand – Bangkok sampai ke Propinsi Nakhon Ratchasima, dan diperkirakan akan mulai beroperasi pada tahun 2021.

Secara keseluruhan , nantinya jalur kereta api ini akan memiliki panjang 873 km, yang akan menghubungkan Thailand dan Laos.

Laos-414 km.

Di Laos sendiri, China akan membangun jalur kereta api sepanjang 414 km, yang dimulai dari kota kecil Boten sampai ke Ibukota Laos-Vientiane.

Jalur kereta api ini juga akan beroperasi pada tahun 2021.

Kedua proyek ini akan mengintegrasikan jalur kereta api China yang melintasi Asia dan Eropa.

Proyek ini adalah bagian dari Trans-Asian Railway, yang juga masuk dalam Proyek One Belt One Road.

Secara Global, kedepannya melalui pembangunan dan perbaikan jalur baru kereta api yang mendukung Proyek One Belt One Road, akan mengurangi waktu tempuh pengiriman barang.

Sebagai contoh : Selama ini jika melalui jalur laut, waktu tempuh yang diperlukan adalah sekitar 30-45 hari dari kota Yiwu-China ke London-UK, tetapi melalui jalur kereta api , bisa dikurangi menjadi sekitar 16-18 hari.

Komite Koordinasi Transportasi CRC (China Railway Corporation) pernah menyampaikan, bahwa Jalur baru ini dapat menghubungkan 35 kota di China dan 34 kota di Eropa.

Pelabuhan Laut.

Baru-baru ini perusahaan China sudah mengakuisisi Pelabuhan Ke-3 terbesar di Turki,  yaitu Kumport yang akan membantu proyek One Belt One Road.

Pakistan-Gwadar Port.

Proyek One Belt One Road
Gwadar Port-Pakistan

Sementara di Pakistan, China sudah melakukan investasi dengan membangun Pelabuhan Gwadar.

Pelabuhan Gwadar dibangun dalam 2 tahap yaitu tahap I : 2002-2006 dan tahap II : 2007-saat ini.
Tetapi Pelabuhan ini baru diresmikan pada tanggal 20 Maret 2007.

Pelabuhan ini akan menghubungkan Gwadar Barat Daya yang berlokasi dekat laut Arab dengan Kashgar-sebuah kota di Propinsi Xinjiang Barat Laut China.

Hal ini membuat India khawatir, karena jalur ini akan memotong jalur Gilgit dan Baltistan di Khasmir.

Apalagi jalur ini akan akan memberi akses yang mudah dan aman bagi China, untuk mengirim barang dari China ke Timur Tengah.

Srilanka- Hambantota Port.

Proyek One Belt One Road
Hambantota Port-Srilanka

Pelabuhan ini dibuka pada tanggal 18 November 2010 sebagai Pelabuhan Maritim terbesar di Srilanka setelah Pelabuhan Kolombo.

Investasi konstruksi pada Tahap pertama membutuhkan dana sekitar USD 361 juta, yang didanai sebagian besar oleh Bank dari China.

Tetapi sampai dengan saat ini, dana yang sudah digelontorkan untuk membangun infrastruktur pelabuhan sekitar USD 1.3 milyar.

Pelabuhan ini dibuat untuk melayani kapal yang berlayar melalui rute Pelayaran Timur-Barat yang melewati 19 km (10 mil) di selatan Hambantota.

Karena pelabuhan ini masih merugi disebabkan oleh utilisasi yang masih rendah dan biaya operasi yang tinggi, maka pada akhir 2017, Pemerintah Srilanka menyerahkan pengelolaan pelabuhan ini kepada China dengan sistem sewa selama 99 tahun.

Tentu saja hal ini dikecam oleh masyarakat Srinlanka.

Sampai dengan saat ini, proses negosiasi sedang dilakukan, agar dicapai titik temu yang saling menguntungkan.

Srilanka akan menghadapi masalah baru , jika China membebani Srilanka dengan bunga hutang yang tinggi.

Kawasan Industri atau Kawasan Ekonomi Khusus.

Malaysia.

China dan Malaysia melakukan kerjasama dengan membangun 2 Kawasan Ekonomi Khusus di Malaysia yang disebut :

1.The China-Malaysia Qinzhou Industrial Park (CMQIP) ,

Proyek One Belt One Road
China-Malaysia Qinzhou Industrial Park di Qinzhou

2.The Malaysia-China Kuantan Industrial Park (MCKIP) .

Proyek One Belt One Road
Malaysia-China Kuantan Industrial Park di Kuantan

Kedua kawasan ini dibangun pada tahun 2012-2013.

Pembangunan kedua kawasan ini memakai konsep ‘‘Two Countries, Twin Parks’’ atau ‘Dua Negara , Dua Kawasan’.

Kedua kawasan ini dibuat untuk meningkatkan pengelolaan Regional Supply Chain dan mengoptimalkan jalur perdagangan , serta investasi yang berjalan di China dan Malaysia.

Kawasan Industri Qinszhou ini dibangun untuk pabrik pengolahan baja, aluminium dan minyak sawit.

Sedangkan Kawasan Industri Kuantan dibangun untuk teknologi hemat energi dan ramah lingkungan, energi alternatif dan terbarukan, produksi peralatan canggih terdepan, dan material canggih.

Diperkirakan, China menggelontorkan dana sekitar USD 1.9 miliar untuk membangun infrastruktur di atas.

Belarusia.

Proyek One Belt One Road
China-Belarus Industrial Park

China membangun Kawasan Ekonomi Khusus di Belarusia yang lebih dikenal dengan nama China-Belarus Industrial Park atau The Great Stone Park.

Area Kawasan Industri ini dibangun sejak tahun 2014.

Kawasan ini dialokasikan untuk pabrik berteknologi tinggi dan orientasi ekspor seperti elektronik, engineering, biomedicine, fine chemistry  , bahan kemasan baru dari polylactide dan material-material baru.

Luas Kawasan diperkirakan mencapai 90 km persegi ( 9.000 ha), yang berlokasi 25 km dari ibukota Belarus-Minsk.

Kawasan ini adalah kawasan industri terbesar yang dibangun China di luar negeri.

Beberapa perusahan China yang berinvestasi disana adalah ZTE , China National Machinery Industry dan China Merchant Group.

Pada bulan April 2018, diperkirakan sudah ada 31 perusahaan yang akan berinvestasi di kawasan ini , dengan total investasi sekitar USD 500 juta.

Kazakhstan.

Proyek One Belt One Road
Astana-Ibukota Kazakhstan

Kazakhstan adalah negara di Asia Tengah yang paling maju dari sisi ekonomi.

Negara ini kaya akan minyak dan memiliki PDB dan daya beli terbaik di wilayah Asia Tengah.

Selama ini Kazakhstan berperan sebagai Pusat bisnis dan Hub Logistik yang menghubungkan antara China dan Eropa.

Kawasan Industri Kazakhstan.

Dalam menjalankan Proyek One Belt One Road, China akan membangun Kawasan Industri atau Industrial Park di Kazakhstan.

Rencana investasi yang akan dikucurkan senilai USD 1.95 milyar, untuk membangun kawasan industri di atas tanah seluas 500 ha.

Perjanjian Investasi sudah ditandatangani di ibukota Kazakhstan Utara yaitu Petropavl pada tanggal 28 Agustus 2017 lalu.

Kawasan Industri ini akan diperuntukkan bagi beberapa perusahaan atau industri yang bergerak di bidang mesin kendaraan , lembaga penelitian dan pengembangan yang dibutuhkan untuk masa depan.

Kawasan ini akan menciptakan 3.000 lapangan kerja baru.

Sampai akhir 2017, Kazakhstan sudah mendaftarkan 23 perusahaan yang akan beroperasi di kawasan ini.

Resiko Hutang.

Proyek One Belt One Road

Memang ada kekhawatiran yang terjadi, jika diantara 68 negara tersebut akan ada negara yang belum bisa mengelola bantuan atau pinjaman yang diberikan.

Diperkirakan ada 23 negara yang ada di Asia, Afrika, Eropa dan Timur Tengah yang memiliki resiko tekanan hutang yang ‘cukup tinggi’.

Hal ini disampaikan oleh sebuah Lembaga Think-Tank yaitu Pusat Pengembangan Global atau Center for Global Development (CGD) di Washington.

Dari 23 negara tersebut, ada 8 negara mengalami kesulitan dalam pembayaran hutang.

Delapan negara tersebut adalah Pakistan, Mongolia, Laos, Djibouti, Maladewa, Kyrgyzstan, Montenegro dan Tajikistan.

Saran dari CGD, agar Delapan (8) negara ini terus dimonitor dan dievaluasi tentang tingkat hutang luar negeri mereka terhadap China

Apalagi melihat tentang rencana China, yang akan menyalurkan investasi USD 8 triliun melalui Proyek One Belt One Road yang melibatkan 3 benua yaitu Asia, Afrika dan Eropa.

Sehingga peran Lembaga seperti CGD sangat diperlukan kedepannya.

Hutang Pakistan.

Seperti kasus Pakistan, mereka adalah salah satu negara yang memiliki resiko hutang yang tinggi terhadap China.

Saat ini, Pakistan membiayai proyeknya melalui tambahan hutang senilai USD 62 miliar (80% dari proyek dibiayai melalui hutang).

Bahkan Pakistan harus membayar pinjaman sebesar USD 16 milyar kepada  beberapa Bank dari China dengan tingkat bunga 13% untuk pengembangan  Pelabuhan Gwadar.

Pelabuhan ini, akan dijadikan sebagai Koridor Ekonomi China-Pakistan (China-Pakistan Economic Corridor-CPEC).

Menurut Asian Times-Hkg, bahwa telah dibuat kesepakatan selama 40 tahun.

China akan memperoleh 91 % dari pangsa pendapatan kotor dan 85% dari nilai saham di ‘zona bebas‘ di sekitarnya.

Jika tidak dikelola dengan baik, hutang ini akan membebani Pakistan.

Hal ini dapat memberikan dampak ekonomi yang kurang baik kedepannya.

Hutang Laos.

Sementara kasus yang lain seperti Laos, mereka juga terlibat dalam Proyek One Belt One Road ini.

Laos memiliki hutang seniai USD 6.7 miliar yang hampir setengah dari PDB nya.

IMF sudah mengingatkan, agar Laos berhati-hati dalam mengelola hutangnya, karena jumlah hutang yang besar ini dapat mengancam kemampuan negara tersebut untuk membayar hutangnya di masa depan.

Melihat hal ini, China sebagai Inisiator proyek One Belt One Road harus memikirkan jalan keluarnya.

Agar tidak membebani hutang terlalu tinggi kepada negara yang terlibat dalam Proyek One Belt One Road.

Perkembangan Proyek OBOR di Indonesia.

Proyek One Belt One Road

Beberapa waktu lalu Menko Maritim Luhut Panjaitan melakukan kunjungan ke China untuk berjumpa dengan Perdana Menteri China Li Keqiang.

Mereka membahas beberapa proyek kerjasama yang berkaitan dengan Proyek One Belt One Road dan kerjasama investasi lainnya.

Pemerintah Indonesia menawarkan kepada Investor China untuk investasi di beberapa lokasi, seperti di Sumatera utara, Kalimantan Utara dan Sulawesi utara yang nilainya sekitar USD 28 miliar.

Lokasi proyek yang ditawarkan pernah dibahas pada pertemuan tahun lalu, saat membahas tentang Proyek One Belt One Road.

Beberapa proyek yang ditawarkan pemerintah Indonesia adalah  :

  1. Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei di Sumatera utara,
  2. Pembangunan Infrastruktur di daerah wisata Danau Toba-Sumatera Utara,
  3. Bandara Sam Ratulangi di Sulawesi Utara,
  4. Pembangkit Listrik Tenaga Air dengan kapasitas 9.000 MW di Sungai Kayan- Kalimantan Utara.

Dan Pemerintah Indonesia juga,  menawarkan beberapa proyek investasi untuk pembangunan jalan tol dan kereta api ke China.

Tentu saja, semua rencana investasi atau kerjasama ini harus dipelajari secara seksama, agar tidak merugikan bagi kedua pihak terutama Indonesia.

Dan semua proyek yang akan didanai pihak asing seperti infrastruktur , harus memenuhi empat (4) syarat yaitu tentang:

  • keamanan lingkungan,
  • pemberdayaan pekerja lokal,
  • industri yang memberikan nilai tambah dan
  • transfer teknologi.

Tantangan Berikutnya.

Proyek One Belt One Road

Ekonomi.

China kedepannya akan melihat, apakah sebuah negara akan mampu untuk menerima pinjaman atau tidak dalam menjalankan kerjasama melalui Proyek OBOR ini.

Apakah China akan selalu mengambil keuntungan dari berbagai negara ini ?

Walaupun beberapa negara diantaranya memiliki kesulitan dalam hal ekonomi.

Perlu disadari, bahwa resiko kegagalan suatu proyek akan selalu ada, bisa disebabkan karena perencanaan yang kurang matang atau penyalahgunaan dana proyek.

Untuk mengurangi resiko di atas , saat Pemerintah China akan melakukan kerjasama dan memberikan pinjaman kepada sebuah negara atau lembaga, maka semua tahapan  perencanaan kerjasama, harus dilakukan secara transparan dan benar, sehingga dapat mengurangi penyalahgunaan pinjaman tersebut.

Bagaimana cara China memberikan bantuan melalui Pinjaman.

Bagaimana cara China  membantu, agar beberapa negara tersebut dapat mengelola pinjamannya dengan baik dan bijaksana?

Pemerintah China melalui Proyek One Belt One Road, dapat membuat pelayanan seperti  ‘One-stop Shop’ untuk mengatasi hal-hal di atas.

China  dapat membantu untuk membuat sistem seperti  online atau e-procurement di sebuah negara, seperti yang dilakukan  di negara Kenya.

Pemerintah Kenya baru meluncurkan e-procurement, agar proses transaksi dalam sebuah proyek dapat mudah diakses, transparan dan efisien .

Peran Lembaga Pengawas.

Dan Pemerintah China,  pasti akan membutuhkan bantuan dari lembaga-lembaga pengawas seperti CGD dan IMF.

Lembaga seperti ini dapat memonitor hutang-hutang negara yang menerima pinjaman dari China untuk Proyek One Belt One Road.

IMF  dapat memberikan bantuan kepada negara-negara penerima pinjaman untuk memperbaiki pengelolaan dana pinjaman melalui :

  • perbaikan manajemen keuangan publik,
  • modernisasi lembaga ekonomi,
  • pengembangan sumber daya manusia dan
  • menjaga makro ekonomi yang baik.

Politik dan Keamanan.

Pada tingkat dunia , Proyek One Belt One Road adalah tantangan baru yang sangat penting buat wilayah Barat seperti Amerika Serikat.

Pada kondisi saat ini, posisi Amerika Serikat ‘jauh lebih lemah’ daripada beberapa tahun sebelumnya.

Sebelumnya diketahui, bahwa Amerika Serikat sudah menarik diri dari kemitraan di Trans-Pasifik.

Dan pengaruh Amerika Serikat sudah jauh berkurang di kawasan Asia.

Bagaimana dengan posisi China?

Walaupun diketahui, bahwa posisi China kelihatan semakin kuat dan semakin berpengaruh dalam politik Asia, beberapa negara di Asia masih tetap bersikap hati-hati dan kritis dalam menjaga hubungan dengan China.

Hal ini terlihat seperti kasus Pakistan dan Nepal yang mempertimbangkan untuk berunding kembali untuk membahas  kerjasama beberapa Proyek One Belt One Road yang sudah berjalan, untuk mendapatkan kesepakatan yang saling menguntungkan.

Bagaimana sikap dengan negara-negara yang ada di Eropa ?

Inggris sendiri yang dikatakan China sebagai ‘mitra alami’, belum setuju untuk memberikan dukungan secara tertulis terhadap Proyek One Belt One Road ini.

Inggris khawatir, bahwa proyek ini dirancang untuk mempengaruhi beberapa kawasan agar masuk ke dalam pengaruh China.

Walaupun China sudah berusaha meminta dukungan Inggris, dengan menawarkan berbagai kesepakatan perdagangan seperti :

  • mengurangi kapasitas baja yang dihasilkan China menjadi 200 juta di tahun 2020,
  • membuka kesempatan yang lebih luas untuk impor produk-produk dari Inggris , dan
  • beberapa isu lainnya.

Kondisi saat ini, selain belum mendapat dukungan dari Inggris dan Amerika Serikat, China juga belum mendapat dukungan dari beberapa negara yang berpengaruh seperti Perancis, Jerman,  Australia dan Komisi Eropa , dalam menjalankan Proyek One Belt One Road.

Walaupun demikian, Negara-negara yang belum mendukung proyek ini,  tetap mengingatkan China, agar proyek kerjasama atau tender proyek dapat dilakukan secara adil dan transparan, serta tidak merugikan salah satu pihak.

Kenapa hal ini perlu diperhatikan?

Karena disinyalir, bahwa proyek-proyek yang didanai China , mayoritas kepemilikan (sekitar 89%) adalah milik perusahaan China, sisanya sekitar 7-8% adalah milik perusahaan lokal dan 3-4% milik perusahaan asing atau internasional.

Sehingga terkesan, China kurang terbuka dan belum memberi kesempatan bagi perusahaan lokal dan internasional untuk berpartisipasi lebih banyak.

Isu Penting.

Ada beberapa isu yang masih mengganjal hubungan beberapa negara Barat dengan China saat ini, yaitu:

  • tentang pencurian kekayaan intelektual,
  • ancaman cyber,
  • hak azasi manusia,
  • ancaman Korea utara dan
  • perlindungan demokrasi di Hongkong.

Kondisi politik yang belum stabil di beberapa negara yang berada di jalur Proyek One Belt One Road, akan berpotensi menjadi hambatan kedepannya.

Laporan dari Fragile States Index (FSI) menyatakan beberapa negara yang masih rapuh atau berada dalam konflik seperti Suriah, Afghanistan, Irak, Yaman dan Somalia.

Ketidakstabilan politik juga dapat meningkat di beberapa negara, seperti Turki yang masih memiliki konflik dengan Partiya Karkerên Kurdistan (PKK) dan ancaman dari negara tetangga.

Juga Rusia, Thailand, Kamboja, Malaysia dan Indonesia yang akan menghadapi pemilihan pada tahun 2018 ini.

Potensi resiko yang dihadapi adalah diskontinuitas terhadap kerjasama yang sudah dilakukan dengan pemerintah China untuk Proyek OBOR ini.

Isu tentang kerjasama dengan China ini juga, dapat digunakan sebagai topik kampanye bagi beberapa kandidat.

Hal ini sudah terjadi saat Pemilihan Presiden di Mongolia Juni 2017 lalu, dimana isu kerjasama dengan China menjadi topik pembahasan.

Sosial Budaya.

Dengan menghidupkan kembali sejarah tentang Silk Road atau Jalur Sutra, seharusnya bukan hanya menjadi catatan sejarah China, tetapi hal ini sudah menjadi warisan  sejarah bagi seluruh dunia, yang sudah melibatkan  berbagai bangsa dan negara dalam perdagangan dan kerjasama budaya.

Dengan dijalankannya Proyek One Belt One Road ini, maka akan ada interaksi antara berbagai bangsa dan negara , baik saat melakukan pekerjaan, pengawasan,  mengikuti pendidikan atau menyusun kontrak kerjasama.

Hubungan antar umat di dunia harusnya diutamakan dibandingkan dengan target ekonomi dan politik yang hendak dicapai.

1. Sumber Daya Manusia.

Proyek One Belt One Road

Melalui Proyek One Belt One Road ini, diharapkan ada kerjasama melalui pengembangan manusia dan budaya di sepanjang jalur Proyek One Belt One Road.

Sepertinya, China  tidak akan memaksakan untuk membawa semua sumber daya manusia dan pengaruh budayanya kepada negara-negara yang terlibat dalam proyek ini.

Beasiswa

Proyek One Belt One Road

Pemerintah China melalui Kementrian Pendidikan China telah menyiapkan Program Beasiswa bernama Chinese Government Scholarship-Silk Road sejak tahun 2017.

Diharapkan melalui program beasiswa ini , akan dapat membantu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia di sepanjang jalur Proyek One Belt One Road.

Beberapa Perguruan Tinggi China seperti :

Tianjin University, Sichuan University dan Nanjing University sudah menawarkan program beasiswa kepada mahasiswa/I yang negaranya bekerjasama dalam Proyek One Belt One Road.

Bahkan ada satu propinsi seperti Sichuan-Chengdu pada Januari 2018 , meluncurkan program Beasiswa Khusus.

Beasiswa akan diberikan kepada calon mahasiswa/I yang negaranya berada di sepanjang jalur One Belt One Road, terutama dari Asia Tenggara , untuk belajar ke China dan dapat mempromosikan tentang  budaya dari masing-masing negaranya .

Beasiswa diberikan untuk menempuh gelar Sarjana, Master dan Doktor.

Dan diutamakan untuk calon mahasiswa/I yang ingin mengambil jurusan Humaniora dan Senirupa.

Beasiswa yang diberikan ,berupa bantuan untuk biaya hidup mahasiswa/i, biaya kuliah dan asuransi kesehatan selama kuliah di Chengdu dengan jumlah maksimum USD 6.530 per orang per tahun.

Pemerintah China bukan hanya memberikan bantuan pendidikan seperti beasiswa.

Tetapi juga akan melakukan kerjasama di bidang budaya, kesehatan , sains dan pertukaran pelajar atau SDM untuk mendukung jalannya Proyek One Belt One Road.

Secara resmi Presiden Xi Jinping telah menyampaikan, akan memberikan 10.000 beasiswa saat Acara Belt and Road Forum for International Cooperation pada tahun 2017 lalu.

2. Bahasa.

Proyek One Belt One Road

Perlu disadari bahwa selama ini , investasi dan dampak perdagangan didominsi oleh ekonomi Barat.

Sehingga komunikasi yang dilakukan lebih dominan dalam Bahasa Inggris.

Bagaimana dengan proyek One Belt One Road ?

Sebagian besar, negara-negara yang terlibat dalam proyek ini masih menggunakan Bahasa Arab, Rusia, Persia dan lainnya.

Sehingga, akan membutuhkan banyak penerjemah atau perantara  yang kompeten, dalam menjalin kerjasama antara bangsa atau negara , dengan   budaya yang berbeda-beda.

Bagi banyak pihak, Silk Road atau Jalur Sutra ini adalah sebuah warisan sejarah tentang perdagangan yang damai, kaya akan pertukaran budaya yang religious dan harmonis.

Melalui Proyek One Belt One Road , maka  warisan sejarah ini akan tetap dapat dijaga dan dibangun kembali.

Proyek OBOR ini dapat menjembatani untuk menyelesaikan berbagai konflik.

Konflik yang selama ini ada di sepanjang jalur Proyek One Belt One Road.

Konflik ini, dapat diselesaikan melalui dialog antar budaya dan dialog antar agama.

Sehingga melalui Proyek One Belt One Road, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan perdamaian bagi masyarakat dunia.

Baca juga : Proyek OBOR – Pembukaan Jalur Sutra Baru dan Dampaknya Bagi Dunia

More From Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like

Peran Blockchain dalam Manajemen Bencana

Revolusi AI: Dampaknya pada Bisnis dan Pekerjaan yang Mengubah Segalanya

Kargoku – Kamu sadar nggak sih, belakangan ini istilah Revolusi AI makin sering muncul di…

Cara menjadi distributor bisa jadi peluang bisnis besar. Pelajari langkah, strategi, dan cara sukses distribusi di artikel ini!

Cara Menjadi Distributor: Peluang Besar di Balik Rantai Bisnis

Kargoku – Cara menjadi distributor sering kali menjadi pertanyaan bagi banyak orang yang ingin memulai bisnis…

Contoh surat dispensas

Contoh Surat Dispensasi dan Perannya dalam Operasional Bisnis Modern

Kargoku – Contoh surat dispensasi merupakan elemen penting dalam dokumentasi administrasi yang sering kali diabaikan…