Budaya Konstruksi harus Dioptimalkan,Memantau Kerja Konstruksi

ARTIKEL BISNIS KARGOKU

Budaya Konstruksi harus Dioptimalkan-Artikel Bisnis.

Prof.Dr.Manlian Ronald Simanjuntak – Guru Besar Universitas Pelita Harapan di Karawaci dan juga sebagai pengamat industri jasa konstruksi mencermati berbagai Kegagalan Konstruksi yang terjadi akhir-akhir ini di tanah air.

Prof. Manlian Simanjuntak mengamati bukan saja dari sisi teknis konstruksi, tetapi berusaha mencari akar masalah. Kenapa dapat terjadi berbagai kecelakaan saat proyek konstruksi sedang gencar-gencarnya dijalankan di seluruh tanah air.

Apakah Budaya Konstruksi sudah dilupakan?

Budaya Konstruksi.

sumber gambar : knoxlawcenter.com

Budaya konstruksi sangat bergantung pada kemampuan sebuah pihak/ perusahaan untuk memiliki kompetensi tentang manajemen program yang kuat, selain dapat memperhatikan hal—hal detail.

Serta mampu memantau berbagai macam tugas atau kegiatan yang ada. Agar proyek dapat selesai tepat waktu serta sesuai dengan anggaran yang direncanakan.

Budaya konstruksi akan dapat memastikan semua pihak berada pada posisi yang sesuai dengan kompetensi dan penempatannya, sehingga dapat menjamin bahwa semua pihak akan melakukan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan perencanaan awal.

Oleh sebab itu, Budaya tentang konstruksi ini dapat memberikan dampak pada kinerja, efisiensi dan akuntabilitas yang tinggi.

Budaya Konstruksi selalu menghindari akan penundaan proyek, karena hal ini akan menjadi sangat mahal bagi keseluruhan proyek.

Beberapa hal yang perlu diterapkan jika ingin menjalankan Budaya Konstruksi adalah memahami tentang Manajemen Proyek yang mencermati tentang hal: Struktur Organisasi, Perencanaan Strategis dan Manajemen Resiko

Hal Budaya Konstruksi ini perlu kita perhatikan, terutama untuk mengamati berbagai kecelakaan yang terjadi pada beberapa proyek konstruksi di Indonesia.

Sebagai contoh kasus Proyek Konstruksi Becakayu.

Ada hal yang unik terjadi pada Proyek Investasi Becakayu. Dimana Pihak Pengguna Jasa dan Pihak Penyedia Jasa adalah “Pihak Yang Sama”.

Bagaimana kedua pihak ini membagi tugasnya dengan baik?

Keunikan ini menambah sederetan kajian terhadap Kegagalan Konstruksi yang terjadi akhir-akhir ini.

Bagaimana bisa terjadi, bahwa Sang Pemilik dan Sang Pembangun juga ternyata dapat mengalami “risiko” kegagalan?
Bukankah seharusnya mereka dapat lebih hati-hati dan detail?

Belajar dari berbagai kasus yang terjadi. Kondisi kegagalan Proyek Konstruksi dapatlah disimpulkan, bahwa hal mendasar yang perlu diperhatikan adalah masalah Budaya Konstruksi yang ada di Indonesia.

Budaya ini harus dipupuk dari sejak kita kecil sampai dewasa dan saat menjadi seorang profesional. Kenapa?

Karena Budaya Konstruksi itu bukan sesuatu yang bisa dimunculkan sesaat, butuh pendidikan, pengetahuan dan latihan yang panjang.

Dalam konteks Budaya Konstruksi, mungkin di tengah “Eforia” Pembangunan Konstruksi yang serempak di berbagai daerah di Indonesia. Ditambah dengan beban kerja yg tinggi dan cenderung overload, dapat saja kita “melupakan” hal-hal yang baik yang seharusnya dijalankan di Budaya Konstruksi.

Eforia ini dapat membuat kita terlena, tidak detail, kurang waspada, tidak peduli dan bahkan tidak bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi serta dampaknya kurang baik kepada keselamatan dan kenyamanan masyarakat, oleh karena pembangunan konstruksi terlalu fokus pada penyelesaian pekerjaan saja.

Pengendalian Proyek : Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengawasan Kegiatan Konstruksi.

sumber gambar : kompas.com

Lepasnya Formwork Pier Head Elemen Struktur Vertikal Proyek Becakayu menunjukkan kelalaian yang super tinggi.

Dengan kejadian kecelakaan akhir-akhir ini, seharusnya dengan menjalankan Budaya Konstruksi yang baik. Maka semua pihak dapat mempersiapkan kemungkinan risiko yang akan terjadi dimana saja dan kapan saja.

Melihat potret berbagai kejadian kelalaian konstruksi yang dialami Perusahaan Konstruksi BUMN, kita menjadi bertanya, apakah sudah dilakukan pengendalian proyek mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan yang baik di lapangan?

Apakah Perusahaan Jasa Konstruksi yg tergabung dalam BUMN ini sudah melakukan komunikasi dan koordinasi yang baik, agar kelalaian ini tidak terjadi?

Atau apakah perlu , semua perusahaan jasa konstruksi yang ada dibawah BUMN layak untuk dilebur dalam sebuah kementerian yang lain, untuk memudahkan koordinasi dan pengawasan secara langsung?

Atau apakah perlu Menko yang mengendalikan berbagai Proyek Konstruksi?

Penjelasan Bapak Firdaus sbg Staf Ahli Menteri PUPR RI dalam acara LIVE tanggal 21 Februari 2018 malam di salah satu Stasiun TV di Jakarta. Menyatakan Menko Maritim dapat mendukung kondisi yg ada, bagaimana selanjutnya peran Menko Maritim RI?

Hal ini akan menjadi PR buat Pemerintah saat ini. яндекс

Prof. Manlian Simanjuntak berharap kedepannnya, semua pihak yang terlibat dalam pembangunan konstruksi di tanah ini, menyadari betapa pentingnya menerapkan Budaya Konstruksi, agar kita semua mendapatkan hasil yang lebih baik dari sisi kualitas, biaya dan waktu .

Baca juga : Apakah Anda tertarik menjadi Digital Nomad Indonesia ?

Similar Posts