kargoku.id – Djoko Susanto adalah pendiri Alfamart yang saat ini menjadi orang terkaya ke-9 di Indonesia menurut Majalah Forbes pada Oktober 2021.
Lahir dengan nama Kwok Kwie Fo pada 9 Februari 1950, ia sempat mengenyam pendidikan di sekolah Dasar. Namun karena pemerintah Indonesia saat itu tidak mengizinkan siswa dengan nama Cina bersekolah di Indonesia, terpaksa putus sekolah sejak kelas satu SD.
Pada saat itu tetap semangat belajar meskipun tanpa pendidikan formal dan memutuskan untuk mengganti nama Indonesia menjadi Djoko Susanto. Di usia 17 tahun beliau sudah mengelola kios milik orangtuanya di Pasar Arjuna, Jakarta. Kios sederhana milik orangtuanya ini bernama Sumber Bahagia, yang berfokus pada penjualan bahan makanan. Namun Djoko melihat peluang dari menjual rokok. Karena menurutnya, rokok selalu laku dan banyak peminatnya.
Ternyata Djoko benar, bisnisnya bertumbuh dengan cepat serta membuat para perokok, pengusaha grosir serta pengecer menjadi pelanggan . Pada tahun 1976 Djoko pernah terpuruk saat terjadi kebakaran di Pasar Arjuna, tetapi ia memilih bangkit dan mulai berjualan lagi.
Dengan bisnisnya yang terus bertumbuh, hal ini menarik perhatian dari Putera Sampoerna, pemilik perusahaan rokok tembakau dan cengkeh besar di Indonesia saat itu. Setelah bertemu pada awal 1980an, mereka bersepakat pada tahun 1985 untuk membuat 15 kios di beberapa lokasi di Jakarta.
Berkat kemampuan Djoko dalsam berbisnis, PT Sampoerna berhasil menempati peringkat dua setelah Gudang Garam. Hingga Djoko dijuluki sebagai ‘dewa rokok’.
Cikal Bakal Berdirinya Alfamart
Kios yang mereka dirikan terbilang berhasil dan menginspirasi untuk mendirikan usaha supermarket bernsama Alfa Toko Gudang Rabat. Lalu pada tahun 1994 namanya disederhanakan menjari Alfa Minimart.
Menurut Djoko, nama Sampoerna Mart kurang menjual sehingga memilih menggunakan Alfa, nama merek yang lebih dikenal dan teruji.
Pada tahun 2005 Sampoerna menjual bisnis tembakau beserta anak perusahaannya (termasuk 70 persen bagian perusahaan Sampoerna yang ada di Alfamart) kepada Philip Morris International dengan nilai lebih dari US$ 5 miliar. Ini menandakan berakhirnya kerjasama antara Sampoerna dan Alfamart.
Karena Philip Morris tidak tertarik pada bisnis retail, saham Alfamart dijual kepada Djoko dan Northstar. Pada 2010, Djoko membeli saham Alfamart dari Northstar sehingga membuatnya memiliki 65 persen perusahaan.
Sejak saat itu Djoko fokus mengembangkan bisnis ritel. Namun perjalanannya juga tidak terlalu mulus, Alfa Supermarket yang sebelumnya bernama Alfa Toko Gudang Rabat berakhir dijual kepada Carrefour karena kalah bersaing dengan supermarket lain dan tidak menghasilkan pendapatan yang signifikan.

Akhirnya Djoko fokus pada ritel minimarket. Lalu pada 2007, Djoko membentuk Alfa Midi di bawah naungan PT Midimart Utama. Hingga bisa menjalin kerjasama dengan Lawson, salah satu waralaba convenience store dari Jepang . Kini berhasil menjalankan minimarket dengan berbagai merek.
Prestasi Alfa Group
Pernah menyandang gelar Top Brand dan Indonesia Best Brand Award pada tahun 2012. Kini Alfa Group memiliki lebih dari 17.538 gerai di Indonesia dan lebih dari 1.000 gerai di Filipina.
Tak hanya fokus pada bisnis ritel minimarket, pada 2015, Alfa Group juga mendirikan Alfacart untuk melayani perdagangan eceran melalui internet dan dua tahun berikutnya, lahirlah PT Sumber Wahana Sejahtera yang bergerak di bidang jasa titipan dan pengiriman paket.
Berkat bisnis Alfamart inilah yang mengantar Djoko menjadi orang terkaya ke-25 di Indonesia pada 2011, dan naik ke peringkat ke-17 pada awal 2012. Akhirnya pada 2021 kekayaannya melonjak menjadi US$ 2,3 miliar atau setara dengan Rp. 32,9 triliun yang mengantarkannya pada posisi orang terkaya ke-7 di Indonesia.